Minggu siang
yang membosankan. Meskipun hari libur, entah mengapa rasanya suntuk sekali. Aku
memang lebih senang menghabiskan hari libur di rumah dibandingkan pergi bersama
teman atau sendiri. Aku berbaring di tempat tidur bertingkatku dengan spray
bergambar klub sepakbola favoritku, Arsenal. “ Ah, bosan banget sih libur, gak
ada yang bikin seru ! “ gumamku dalam hati. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku
mengambil laptopku dan siap untuk berselancar di dunia maya. Entah kenapa
setiap memakai internet rasa bosanku bisa hilang bahkan sampai lupa waktu.
Tapi, bukan cuma aku saja, mungkin orang – orang juga seperti itu.
Aku membuka akun
jejaring sosialku untuk melihat lihat apakah ada pemberitahuan atau permintaan
pertemanan. Ternyata ada satu permintaan pertemanan, dan dia seorang perempuan.
Perempuan itu bernama Fatimah Az Zahra. Setelah aku konfirm, tak lama dia
menulis di wallku. “ Makasih.. temannya Rosyid ya?” . Ternyata dia adalah teman
sahabatku, Rosyid. Segera kubalas postingannya, “ Sama –sama ... iya benar,
kamu kenal Rosyid? “. Selang beberapa menit, dia kembali membalas, “ Iya, aku
kan teman sekelasnya Rosyid .. hehehe.. “. Ternyata Fatimah AzZahra ini adalah
teman SMA sekaligus teman sekelasnya Rosyid sahabatku sejak SMP. Setelah
perkenalan itu, kami terlibat obrolan yang cukup lama.
“ Kringg...
Kringg... Kringg.... “ jam alarmku menyapaku untuk segera bangun. Kulihat sudah
pukul 5 pagi. “ Udah hari senin aja, hoaaahhmmm !!! “ . Hari ini hari senin,
dan aku bersiap untuk kembali sekolah. “ Mas, jangan lupa ya nanti pulang
sekolah mampir ke supermarket, ibu nitip belikan belanja ibu ! “. Ibuku
memberikan kertas berisi catatan daftar belanjaan dan 2 lembar uang lima puluh
ribu rupiah. Setelah itu aku bersiap beramitan dan tak lupa mencium tangan
ibuku “ Oke bu, kalo begitu aku berangkat ya , assalamualaikum ! “. Ibuku
menjawab sambil menepuk pundakku , “ Waalaikumsalam, hati – hati ya, jangan
lupa titipan ibu ! “ ibuku kembali mengingatkan.
Sesuai
permintaan ibuku, setelah pulang sekolah aku mampir ke supermarket yang
letaknya tak jauh dari rumahku. Kuparkirkan sepeda motor matic hijauku di dekat
pintu masuk supermarket, aku khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.
Setelah itu aku masuk ke dalam supermarket dan segera mencari bahan bahan
belanja sesuai yang dititipkan ibuku. Ketika hendak mengambil mie instan, aku
melihat ada uang satu lembar sepuluh ribu dan dua lembar seratus ribu di
lantai, di depanku ada seorang perempuan memakai kerudung coklat dan baju
panjang bermotif belang-belang serta rok panjang berwarna hijau muda. “ Mungkin
uang ini punya perempuan ini “ benakku. “ Maaf, tadi saya menemukan uang jatuh
di lantai, apa ini punya kamu? “ . Setelah aku bertanya kepadanya, perempuan
itu segera membuka tas kecilnya dan mengecek uang yang ada di dompetnya. “ Oh,
iya benar. Aduh... makasih banyak ya ! “ . Aku tersenyum, dan aku berpikir
sejenak. Sepertinya aku pernah melihatnya. Oh ya, ini Fatimah AzZahra, teman
sahabatku Rosyid. Tanpa berlama-lama aku bertanya keadanya, “ Hmm.. kayaknya
aku pernah lihat kamu, kamu Zahra ya? “ . Dia menjawab, “ Iya, kok kamu kenal
aku? Kamu siapa ya?”. Sudah kuduga ternyata dia belum mengenalku, karena foto
profile yang kupasang di akun facebook ku adalah foto Lambang Arsenal. “ Aku
Fariz, temannya Rosyid .” . Dia mengacungkan jarinya kemudian berkata “ Oh...
kamu Fariz, maaf maaf ! habisnya aku belum kenal wajah kamu ! hehehe... “
Setelah itu kami
berbincang – bincang sampai meja kasir kemudian keluar supermarket untuk segera
pulang ke rumah. “ Rumah kamu di mana? Yuk, aku antar kamu pulang . “ “ Gak
usah gak usah, dekat kok, disitu dekat pertigaan tugu “. Ternyata dia menolak.
“ Udah gak apa apa, dari pada kamu jalan
kaki di siang bolong gini, panas lagi, hehe “. Aku memaksa supaya dia mau aku
antar pulang. “ Ya sudah .. duh, dua kali deh aku harus bilang terima kasih !”
dia menjawab sambil tertawa kecil. Segera kunyalakan sepeda motorku dan
bergegas mengantarnya pulang.
Sejak pertemuan
itu, aku semakin dekat dengan Zahra . Sifatnya yang selalu ceria selalu
mengingatkanku padanya. Ah.... apa ini yang dinamakan jatuh cinta? . Zahra
merupakan sosok yang smpurna bagiku. Cantik, berkerudung, lucu , pokoknya
setiap bertemu dengannya, tak ingin diri ini untuk beranjak pergi.
“ Riz.. Fariz...
ada Rosyid datang ! “. Suara ibu membangunkan lamunanku. Wah, sahabatku Rosyid
datang, sudah lama kami tak bertemu karena setelah lulus MTs, kami bersekolah
di SMA yang berbeda. “ Hai man... apa kabar loe? Wah... makin pendek aja
loe.. ! “ sapa Rosyid sambil meledekku. “ Ah.. Gak berubah loe, masih aja suka
ngeledek gue pendek . Ayo masuk, silahkan duduk ! “ aku menghampirinya sambil
berjabat tangan. Kami pun berbincang-bincang, hingga aku teringat bahwa Rosyid
ini adalah teman sekelas Zahra. “ Syid, loe kenal sama Zahra? Fatimah AzZahra
.” tanyaku padanya. “ Oh Zahra.. kenal lah, dia teman sekelas gue, lebih
tepatnya dia cewek gue men.. hehe, kok loe kenal sih? “ . Blarrr.... pikiranku
seperti disambar petir ketika mengetahui bahwa Zahra adalah kekasih dari
sahabatku Rosyid. “ Iya, aku kenal dia
dari facebook. Eh, gak taunya dia temanmu. Oh, kalian udah berapa lama hubungan
? “ aku bertanya dengan berusaha menyimpan rasa terkejutku. “ Oh gitu... Gue
udah 2 bulan jadian sama dia. Gimana menurut loe? Cocok kan gue ama dia? Hehe
.” kami pun melanjutkan perbincangan kami sampai sore hari.
Selasa siang
setelah pulang sekolah, aku mampir ke rumah Zahra. “ Eh Fariz, masuk Riz masuk
! ada apa ? “. Dia membuka pintu pagar rumahnya yang terbuat dari kayu mahoni
yang di cat mengkilap dengan sedikit ditambah hiasan di ujung pagar tersebut. “
Nggak, aku cuma mau berkunjung aja, eh kamu kok gak bilang bilang sih udah
jadian sama Rosyid ? “ aku mencoba bertanya kepadanya. “ Hehehe... kok kamu tau
sih? Iya Riz, udah hampir dua bulan. “. “
aku tau dari Rosyidnya langsung, kan kemarin dia main ke rumahku.”
Jawabku sambil meminum segelas es teh manis yang disuguhkan Zahra. “ Oh... dia
cerita apa Riz tentang aku ? “, dia bertanya. “ Yeee... siapa yang ngomongin
kamu ! “ ledekku. Zahra tertawa kecil sambil mendorong lenganku. “ huuu...
dasar kalian ! “
Malamnya ketika
aku hendak tidur, terdengar sepenggal lirik lagu dari peterpan berjudul semua
tentang kita, ternyata berasal dari handphone ku. Ada sms dari Zahra. “ Riz..
aku putus sama Rosyid... sedih Riz.. hikhikhik “ begitulah isi pesan dari
Zahra. Ternyata Zahra baru putus dengan Rosyid. Jujur, disamping rasa
prihatinku terhadap Zahra, ada sedikit rasa senang juga ketika mendengar kabar
tersebut.
Semenjak putus
dari Rosyid. Zahra kelihatan terpukul sekali. Keceriaan yang selalu nampak pada
dirinya seakan hilang. Dia sering memintaku untuk bertemu karena dia butuh
teman curhat . Kasihan juga aku melihatnya, hanya karena putus cinta dia jadi
seperti itu. Bisa dibilang, semenjak putus akulah yang selalu dekat dengannya,
menghiburnya, hingga suatu hari dia berkata padaku. “ Makasih ya Riz... kamu
sudah menghiburku dan menyemangatiku , kamu baik banget. Beruntung aku punya
teman sepertimu.” Teman ? aku mau kita lebih dari sekedar teman Zahra, benakku
dalam hati.
Aku semakin
tidak terkendali, sudah saatnya aku mencurahkan perasaan ini kepadanya yang
sudah sekian lama terpendam di dalam hati. Mungkin ini saat yang tepat. Namun
aku terkejut ketika aku sedang berbincang – bincang dengannya dia berkata
begini, “ Riz, aku kemarin habis baca buku, bukunya bagus banget lho! Tentang
pandangan Islam mengenai pacaran. Ternyata banyak banget dampak negatifnya.
Setelah membaca buku itu aku mengambil kesimpulan, aku gak mau Riz pacaran
lagi... Aku mau nurut sama aturan Allah, sampai nanti tiba waktunya, sampai
halal Riz.. “ . aku tersenyum dan berkata, “ Bagus deh, kalo itu udah
menginspirasi kamu, jadi sekarang udah gak sedih lagi kan ? “ . Dia menunduk
kemudian berdiri sambil menjawab dengan lantang sampai membuatku terkejut. “
Nggak dong ! Seorang Zahra adalah perempuan yang tegar dan kuat !! “
Ya, aku
menghargai keputusannya. Aku tidak mau memaksakan kehendakku. Biarlah dia
menjalankan prinsipnya. Melihatnya kembali ceria itu pun sudah membuatku senang
dan aku pun tetap bisa bertemu dan berbincang-bincang dengannya walau hanya
sebagai teman.
Setelah lulus
SMA, kami tidak pernah bertemu. Itu karena kami kuliah di kota yang berbeda.
Aku di Jakarta sedangkan Zahra di Malang. Walaupun begitu, sesekali kami masih
sering berkomunikasi melalui handphone atau internet.
Aku percaya.. Fatimah AzZahra, bidadari penuh ceria yang akan
kujemput saat tiba waktunya nanti dalam ikatanNya .
0 komentar:
Posting Komentar