Kamis, 20 Desember 2012

Tunjuk Satu Ceria



              Minggu siang yang membosankan. Meskipun hari libur, entah mengapa rasanya suntuk sekali. Aku memang lebih senang menghabiskan hari libur di rumah dibandingkan pergi bersama teman atau sendiri. Aku berbaring di tempat tidur bertingkatku dengan spray bergambar klub sepakbola favoritku, Arsenal. “ Ah, bosan banget sih libur, gak ada yang bikin seru ! “ gumamku dalam hati. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku mengambil laptopku dan siap untuk berselancar di dunia maya. Entah kenapa setiap memakai internet rasa bosanku bisa hilang bahkan sampai lupa waktu. Tapi, bukan cuma aku saja, mungkin orang – orang juga seperti itu.

              Aku membuka akun jejaring sosialku untuk melihat lihat apakah ada pemberitahuan atau permintaan pertemanan. Ternyata ada satu permintaan pertemanan, dan dia seorang perempuan. Perempuan itu bernama Fatimah Az Zahra. Setelah aku konfirm, tak lama dia menulis di wallku. “ Makasih.. temannya Rosyid ya?” . Ternyata dia adalah teman sahabatku, Rosyid. Segera kubalas postingannya, “ Sama –sama ... iya benar, kamu kenal Rosyid? “. Selang beberapa menit, dia kembali membalas, “ Iya, aku kan teman sekelasnya Rosyid .. hehehe.. “. Ternyata Fatimah AzZahra ini adalah teman SMA sekaligus teman sekelasnya Rosyid sahabatku sejak SMP. Setelah perkenalan itu, kami terlibat obrolan yang cukup lama.

              “ Kringg... Kringg... Kringg.... “ jam alarmku menyapaku untuk segera bangun. Kulihat sudah pukul 5 pagi. “ Udah hari senin aja, hoaaahhmmm !!! “ . Hari ini hari senin, dan aku bersiap untuk kembali sekolah. “ Mas, jangan lupa ya nanti pulang sekolah mampir ke supermarket, ibu nitip belikan belanja ibu ! “. Ibuku memberikan kertas berisi catatan daftar belanjaan dan 2 lembar uang lima puluh ribu rupiah. Setelah itu aku bersiap beramitan dan tak lupa mencium tangan ibuku “ Oke bu, kalo begitu aku berangkat ya , assalamualaikum ! “. Ibuku menjawab sambil menepuk pundakku , “ Waalaikumsalam, hati – hati ya, jangan lupa titipan ibu ! “ ibuku kembali mengingatkan.

              Sesuai permintaan ibuku, setelah pulang sekolah aku mampir ke supermarket yang letaknya tak jauh dari rumahku. Kuparkirkan sepeda motor matic hijauku di dekat pintu masuk supermarket, aku khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah itu aku masuk ke dalam supermarket dan segera mencari bahan bahan belanja sesuai yang dititipkan ibuku. Ketika hendak mengambil mie instan, aku melihat ada uang satu lembar sepuluh ribu dan dua lembar seratus ribu di lantai, di depanku ada seorang perempuan memakai kerudung coklat dan baju panjang bermotif belang-belang serta rok panjang berwarna hijau muda. “ Mungkin uang ini punya perempuan ini “ benakku. “ Maaf, tadi saya menemukan uang jatuh di lantai, apa ini punya kamu? “ . Setelah aku bertanya kepadanya, perempuan itu segera membuka tas kecilnya dan mengecek uang yang ada di dompetnya. “ Oh, iya benar. Aduh... makasih banyak ya ! “ . Aku tersenyum, dan aku berpikir sejenak. Sepertinya aku pernah melihatnya. Oh ya, ini Fatimah AzZahra, teman sahabatku Rosyid. Tanpa berlama-lama aku bertanya keadanya, “ Hmm.. kayaknya aku pernah lihat kamu, kamu Zahra ya? “ . Dia menjawab, “ Iya, kok kamu kenal aku? Kamu siapa ya?”. Sudah kuduga ternyata dia belum mengenalku, karena foto profile yang kupasang di akun facebook ku adalah foto Lambang Arsenal. “ Aku Fariz, temannya Rosyid .” . Dia mengacungkan jarinya kemudian berkata “ Oh... kamu Fariz, maaf maaf ! habisnya aku belum kenal wajah kamu ! hehehe...  “

              Setelah itu kami berbincang – bincang sampai meja kasir kemudian keluar supermarket untuk segera pulang ke rumah. “ Rumah kamu di mana? Yuk, aku antar kamu pulang . “ “ Gak usah gak usah, dekat kok, disitu dekat pertigaan tugu “. Ternyata dia menolak. “ Udah  gak apa apa, dari pada kamu jalan kaki di siang bolong gini, panas lagi, hehe “. Aku memaksa supaya dia mau aku antar pulang. “ Ya sudah .. duh, dua kali deh aku harus bilang terima kasih !” dia menjawab sambil tertawa kecil. Segera kunyalakan sepeda motorku dan bergegas mengantarnya pulang.

              Sejak pertemuan itu, aku semakin dekat dengan Zahra . Sifatnya yang selalu ceria selalu mengingatkanku padanya. Ah.... apa ini yang dinamakan jatuh cinta? . Zahra merupakan sosok yang smpurna bagiku. Cantik, berkerudung, lucu , pokoknya setiap bertemu dengannya, tak ingin diri ini untuk beranjak pergi.

              “ Riz.. Fariz... ada Rosyid datang ! “. Suara ibu membangunkan lamunanku. Wah, sahabatku Rosyid datang, sudah lama kami tak bertemu karena setelah lulus MTs, kami bersekolah di SMA yang berbeda. “ Hai man... apa kabar loe? Wah... makin pendek aja loe.. ! “ sapa Rosyid sambil meledekku. “ Ah.. Gak berubah loe, masih aja suka ngeledek gue pendek . Ayo masuk, silahkan duduk ! “ aku menghampirinya sambil berjabat tangan. Kami pun berbincang-bincang, hingga aku teringat bahwa Rosyid ini adalah teman sekelas Zahra. “ Syid, loe kenal sama Zahra? Fatimah AzZahra .” tanyaku padanya. “ Oh Zahra.. kenal lah, dia teman sekelas gue, lebih tepatnya dia cewek gue men.. hehe, kok loe kenal sih? “ . Blarrr.... pikiranku seperti disambar petir ketika mengetahui bahwa Zahra adalah kekasih dari sahabatku Rosyid.  “ Iya, aku kenal dia dari facebook. Eh, gak taunya dia temanmu. Oh, kalian udah berapa lama hubungan ? “ aku bertanya dengan berusaha menyimpan rasa terkejutku. “ Oh gitu... Gue udah 2 bulan jadian sama dia. Gimana menurut loe? Cocok kan gue ama dia? Hehe .” kami pun melanjutkan perbincangan kami sampai sore hari.

              Selasa siang setelah pulang sekolah, aku mampir ke rumah Zahra. “ Eh Fariz, masuk Riz masuk ! ada apa ? “. Dia membuka pintu pagar rumahnya yang terbuat dari kayu mahoni yang di cat mengkilap dengan sedikit ditambah hiasan di ujung pagar tersebut. “ Nggak, aku cuma mau berkunjung aja, eh kamu kok gak bilang bilang sih udah jadian sama Rosyid ? “ aku mencoba bertanya kepadanya. “ Hehehe... kok kamu tau sih? Iya Riz, udah hampir dua bulan. “. “  aku tau dari Rosyidnya langsung, kan kemarin dia main ke rumahku.” Jawabku sambil meminum segelas es teh manis yang disuguhkan Zahra. “ Oh... dia cerita apa Riz tentang aku ? “, dia bertanya. “ Yeee... siapa yang ngomongin kamu ! “ ledekku. Zahra tertawa kecil sambil mendorong lenganku. “ huuu... dasar kalian ! “

              Malamnya ketika aku hendak tidur, terdengar sepenggal lirik lagu dari peterpan berjudul semua tentang kita, ternyata berasal dari handphone ku. Ada sms dari Zahra. “ Riz.. aku putus sama Rosyid... sedih Riz.. hikhikhik “ begitulah isi pesan dari Zahra. Ternyata Zahra baru putus dengan Rosyid. Jujur, disamping rasa prihatinku terhadap Zahra, ada sedikit rasa senang juga ketika mendengar kabar tersebut.

              Semenjak putus dari Rosyid. Zahra kelihatan terpukul sekali. Keceriaan yang selalu nampak pada dirinya seakan hilang. Dia sering memintaku untuk bertemu karena dia butuh teman curhat . Kasihan juga aku melihatnya, hanya karena putus cinta dia jadi seperti itu. Bisa dibilang, semenjak putus akulah yang selalu dekat dengannya, menghiburnya, hingga suatu hari dia berkata padaku. “ Makasih ya Riz... kamu sudah menghiburku dan menyemangatiku , kamu baik banget. Beruntung aku punya teman sepertimu.” Teman ? aku mau kita lebih dari sekedar teman Zahra, benakku dalam hati.

              Aku semakin tidak terkendali, sudah saatnya aku mencurahkan perasaan ini kepadanya yang sudah sekian lama terpendam di dalam hati. Mungkin ini saat yang tepat. Namun aku terkejut ketika aku sedang berbincang – bincang dengannya dia berkata begini, “ Riz, aku kemarin habis baca buku, bukunya bagus banget lho! Tentang pandangan Islam mengenai pacaran. Ternyata banyak banget dampak negatifnya. Setelah membaca buku itu aku mengambil kesimpulan, aku gak mau Riz pacaran lagi... Aku mau nurut sama aturan Allah, sampai nanti tiba waktunya, sampai halal Riz.. “ . aku tersenyum dan berkata, “ Bagus deh, kalo itu udah menginspirasi kamu, jadi sekarang udah gak sedih lagi kan ? “ . Dia menunduk kemudian berdiri sambil menjawab dengan lantang sampai membuatku terkejut. “ Nggak dong ! Seorang Zahra adalah perempuan yang tegar dan kuat !! “

              Ya, aku menghargai keputusannya. Aku tidak mau memaksakan kehendakku. Biarlah dia menjalankan prinsipnya. Melihatnya kembali ceria itu pun sudah membuatku senang dan aku pun tetap bisa bertemu dan berbincang-bincang dengannya walau hanya sebagai teman.

              Setelah lulus SMA, kami tidak pernah bertemu. Itu karena kami kuliah di kota yang berbeda. Aku di Jakarta sedangkan Zahra di Malang. Walaupun begitu, sesekali kami masih sering berkomunikasi melalui handphone atau internet.

Aku percaya.. Fatimah AzZahra, bidadari penuh ceria yang akan kujemput saat tiba waktunya nanti dalam ikatanNya .

0 komentar:

Posting Komentar